![]() |
Google.com |
Jenderal
L.B. Moerdani juga menegaskan bahwa
ungkapan “ An intelligence officer is a foceless Hero!” diperuntukan untuk
seorang perwira intelijen tidak dapat menunjukan dengan mengatakan sasaran yang
dihancurkan berkat tindakannya.
Apabila
gagal, kita tidak boleh mencari-cari alasan, namun dikecualikan dengan
mengundurkan diri. Negara pun tak pernah mengakui sebagai pemberi perintah,
yang terpenting dalam intelijen adalah suatu profesi tanpa mengenal jabatan dan
batas-batas yang berkaitan dengan beberapa organisasi.
Para
perwira intel harus dapat menembus berbagai kendala dan hambatan yang formal
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan berlatar dengan “kelonggaran-kelonggaran”
seperti itu, seorang perwira intel disyaratkan untuk mempunyai sikap disiplin,
kepribadian, integritas tinggi, juga tahaun godaan dan bujukan untuk tidak
menyalahgunakan kepercayaan serta wewenang yang sudah diberikan.
Mas Teddy
Rusdy yang direkrut oleh Jenderal L.B. Moerdani sebagai perwira intelijen pada
1974. Salah satu kepala staf TNI-AU memerintahkan agar Mas Teddy segara
dipindahkan dari anggota organic TNI-AU menjadi anggota organic Hankam untuk
memenuhi permintaan Mayjen L.B. Moerdani, Asisten Intelijen Hankam/Asisten
Intelijen Kopkamtib.
Pada saat
itu, Mas Teddy Rusdy masih berpangkat Mayor Navigator dan memasuki jenjang
tugas yang sudah diberikan serta karier di Mabes ABRI sampai dengan masa
pensiunnya pada tahun 1994 sebagai Marsekal Muda TNI.
Selama dua
puluh tahun lamanya, Mas Teddy mengabdi di jajaran Mabes ABRI yang jauh lebih
panjang ketimbang di TNI-AU, sejak tahun 1962 sampai dengan tahun 1974, selama
dua belas tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar